Jumat, 30 September 2011

Jika aku kurang rupawan

Andai aku lahir kembali....
Kita tak pernah memesan bentuk wajah, warna kulit, warna rambut atau bahkan kita tak pernah memesan jenis kelamin pada Tuhan.  Tidak semua orang terlahir dalam keadaan yang sempurna memang, tapi setiap orang memiliki kekuatan untuk mengubahnya.  Permasalahannya di sini adalah tentang seberapa usaha kita untuk mengubahnya.
Ada orang yang terlahir dari keluarga yang berlimpah harta, ada juga yang terlahir di tengah keluarga miskin.  Ada orang yang terlahir dalam keluarga yang kaya akan perhatian dan kasih sayang, tapi ada juga yang kelahirannya sangat tidak diinginkan oleh keluarganya.  Ada orang yang terlahir dengan kulit putih, ada juga orang yang terlahir dengan kulitnya yang sawo matang atau bahkan hampir gelap dan hitam.  Ada yang terlahir dengan warna rambut coklat, ada juga yang terlahir dengan warna mata biru.  Hal-hal kecil seperti itulah yang kadang membuat kita merasa iri.
Mungkin kita sendiri adalah salah satu di antara mereka.  Merasa iri karena apa yang kita inginkan tidak ada pada diri kita.  Dan itulah yang aku rasakan.  Sebut saja "Diskriminasi Kecantikan".
Well, aku memang terlahir dari keluarga kecil.  Aku berkulit sawo matang, dengan tinggi 160 cm dan berat badan 48 kg.  Berambut hitam lurus dan aku memiliki warna mata coklat.  Tidak ada cacat dengan yang Tuhan berikan saat aku lahir.  Tapi ada saja yang membuat aku iri dengan mereka yang dilahirkan sempurna menurutku.  Di mana mereka punya apa yang tida aku miliki.  Kulit putih, rambut blow tebal, atau pun segala sesuatu yang menurutku secara fisik sempurna.
Putih itu cantik.  Mereka bilang seperti itu.  Tapi aku tidak pernah menyadari kalau kecantikan yang sempurna itu tidak terlihat dari fisik saja.  Kecantikan itu hanya menurut persepsi orang yang melihatnya saja.
Aku yakin definisi kecantikan itu dibawa oleh manusia sejak lahir. Apa kita akan berpikir kalau lelaki yang berhidung mancung itu tampan? Apa kita akan berpendapat bahwa perempuan yang berkulit putih itu cantik? Semua itu tidak muncul dengan sendirinya, melainkan pengaruh dari penyebaran budaya dan media. Meskipun aku tidak mengatakan bahwa pengaruh-pengaruh itu salah. Wajar kalau sesekali kita terpengaruh oleh selera orang banyak, asalkan itu baik untuk kita. Sederhananya: Jangan memaksakan dirimu berkulit putih kalau kamu terlahir berkulit hitam, karena kalau kamu melakukan itu, kamu telah menjadi korban persepsi massa. Memangnya siapa yang berhak memutuskan kecantikan itu apa? Adakah? Ya ada, setiap orang, setiap individu berhak memiliki definisinya masing-masing tentang kecantikan. Dan tak ada seorang pun, atau satu media pun, yang bisa memaksa kamu menjadi cantik sesuai definisi mereka.
Mereka tidak akan mengerti, kalau kita yang terlahir berkulit sawo matang, kulit yang didamba-dambakan banyak bule itu juga bisa terlihat cantik.  Kita hanya bisa bersyukur dan merawat pemberian Tuhan sebagai sebuah anugrah.  Belum tentu juga kita berubah secara fisik dan orang menyebut kita cantik.
Andai aku terlahir kembali, aku akan minta pada Tuhan.  Bukan minta untuk melahirkan aku ke dunia ini dengan kulit putih, tapi aku akan minta pada Tuhan agar mereka mengerti setiap hal yang Tuhan ciptakan tiu "CANTIK".

Senin, 04 Juli 2011

Introduce

Salam super (mario teguh),
Pasti kalian bertanya kenapa juga aku harus kasih nama Malaikat Putih.  Nama adalah harapan, itu yang aku tahu.  Salam kenal dariku.  Di sini aku akan sedikit menyalurkan bakat terpendamku sebagai seorang yang hobi berkata-kata :)
Bukan seperti itu, hanya mungkin aku lebih bebas mengekspresikan apa yang dinamakan curahan hati, atau bahasa gaulnya curhat.  Like this, perhaps.
 Let me introduce my self, first, you can call me dee (tapi bukan dewi lestari penyanyi itu ya).  Aku pikir cukup segini aja buat mengawali bloggerQ saat ini.
Tunggu posting berikutnya yach :)